KRB Mewakili Rakyat Bumilangit Mengunjungi dan Menjelajahi Markas Bumilangit

KRB Mewakili Rakyat Bumilangit Mengunjungi dan Menjelajahi Markas Bumilangit

JAKARTA – RakyatBumilangit.com | Ada kejadian yang spesial buat Kathā Rakyat Bumilangit (KRB) nih hari Kamis, 13 November 2019 kemarin. Untuk pertama kalinya kami datang berkunjung ke kantor Bumilangit di Jakarta.

Saya bersama dua rekan dari KRB, Myra dan Norman, berkesempatan untuk rekaman episode pertama podcast KRB. Podcast ini akan dirilis minggu depan, dengan nama Siniar Suara Rakyat yang disingkat SSR.

Kalau ditanya bagaimana KRB bisa sampai dipercayakan untuk bertandang ke Bumilangit, ceritanya cukup panjang. Dari kelompok yang berkumpul karena gatel ingin bahas spoiler film Gundala, kemudian dinotis tim Bumilangit sendiri, hingga salah satu anggota kami yang berhasil PDKT dengan pihak Bumilangit untuk akhirnya rekaman podcast ini.

Tujuan kami datang ke Bumilangit sebenarnya sederhana, rekaman podcast dengan pembicara tamu dari pihak Bumilangit. Sempat ketar-ketir sebelumnya, berhubung dari tiga anggota kami yang ikut datangnya satu demi satu ke lokasi dan nggak bisa barengan. Kebetulan di lantai bawah gedungnya ada kafe, jadi masih bisa atur napas dulu sebelum naik ke lokasi.

Barulah, waktu melewati pintu masuk, kami bergetar.

Kantornya nyaman sekali—dan lebih dari nyaman, setiap sudutnya adalah selebrasi dari intellectual property (IP) alias karakter-karakter Bumilangit itu. Memang tidak semua karakter dipajang, tapi isinya benar-benar bikin kami terpana.

Ada berbagai merchandise dan komik yang sudah pernah dirilis sebelumnya, rak yang berisi pernak-pernik berikut trofi pencapaian Bumilangit di berbagai perhelatan penghargaan, hingga action figures yang tidak dirilis ke masyarakat luas.

Menurut Pak Imansyah Lubis, figures-nya dibuat dari concept art awal sebelum desain karakter yang dirilis secara resmi dikunci; karena takut membuat konsumen bingung dengan banyaknya desain karakter, akhirnya action figures itu tidak dijual untuk umum.

Selain itu, setiap sudut tembok Bumilangit juga dipenuhi dengan gambar-gambar karakter Bumilangit—bukan cuma Gundala yang memang sudah beken dengan filmnya, tetapi ada juga karakter Aquanus serta Virgo and the Sparklings yang webtoon-nya juga bisa langsung kalian baca di lapak-lapak resmi Bumilangit, baik online maupun melalui versi cetaknya.

Pokoknya, kantor Bumilangit itu sangat Instagrammable, deh—sayangnya banyak hal yang kami saksikan di Bumilangit bersifat rahasia, jadi tidak bisa kami foto dan hanya bisa kami nikmati sendiri.

Yang paling menarik buat saya sendiri, di markas Bumilangit ada satu ruangan yang khusus untuk menyimpan rak-rak yang tingginya sampai langit-langit. Isinya? Tentu saja komik-komik Indonesia lama yang IP-nya kini dimiliki oleh Bumilangit.

Kebetulan pintu ruangannya dari kaca transparan, jadi saya dan Mbak Myra sempat menunjuk-nunjuk bersemangat ke komik-komik yang ada dalam rak—meskipun ujung-ujungnya kami tidak berani masuk juga. Isi raknya terlalu berharga untuk kami ganggu, rasanya.

Setelah beberapa saat planga-plongo melihat-lihat lantai atas kantor Bumilangit, kami lantas dipandu oleh Mbak Fauzia Chang selaku salah satu anggota digital marketing Bumilangit dan kuncen kami malam itu untuk bertandang ke lantai kantor Bumilangit lainnya.

Kalau di lantai atas tadi biasanya ditempati oleh tamu-tamu Bumilangit, nah, di lantai bawah inilah kehidupan Bumilangit sebenarnya terjadi. Karena waktu kami sampai sudah lewat jam 6 sore, kebanyakan anggota Bumilangit sudah meninggalkan kantor atau sedang siap-siap pulang.

Tapi, kami masih berkesempatan untuk mengunjungi beberapa work station para karyawan Bumilangit—tentunya dengan konten yang tidak bisa kami bocorkan. Rahasia, guys—nanti kita tunggu sama-sama lagi ya apa yang akan dirilis Bumilangit. Yang bisa saya bilang, isi kantornya sangat menggetarkan hati.

Barulah setelah keliling di lantai tersebut, kami berkumpul di meeting room dengan Pak Imansyah Lubis (Pak Iman), Pak Erfan Fajar (Pak Erfan), dan Mas Tanfidz Tamamuddin (Mas Tamam) untuk menjalankan agenda utama malam itu, yaitu rekaman Siniar Suara Rakyat Episode 1.

Kalau kalian ingat, di awal film Gundala ada bumper berupa ilustrasi karakter Bumilangit dari era Patriot dan era Jawara. Nah, di ruangan tempat kami rekaman, ilustrasi itu menjadi backdrop yang mengisi satu dinding ruangan—pokoknya penuansaan Bumilangit sangat kuat deh di ruangan itu.

Rekaman podcast pun dimulai—meski sebelum itu kami sempat jiper dan gugup sedikit, tapi pembicaraan dengan ketiga pembicara tamu benar-benar langsung mengalir. Bukan itu saja, selama kurang-lebih dua jam kami mengobrol dengan mereka, berkali-kali percakapan diwarnai dengan guyonan dan tawa yang terpingkal-pingkal.

Pada rekaman segmen pertama, di episode SSR perdana ini akan ada pembahasan mengenai Rakyat Bumilangit, Kathā Rakyat Bumilangit, perbedaan keduanya, dan harapan Bumilangit tentang hubungan mereka dengan kita sebagai rakyat di masa-masa yang akan datang.

Di segmen kedua, karena kedatangan Mas Tamam dan Pak Erfan selaku tim kreatif komik Godam Putih Hitam. Tentunya kami membicarakan berbagai proses dan pemikiran di balik komik tersebut, lengkap juga dengan pembicaraan mengenai berbagai meme dan tagar yang beredar sebagai respons panas dari rilisnya Godam setiap minggu.

Tidak hanya itu, ada juga perdebatan seru mengenai tokoh Awang dan Godam itu sendiri, serta banyak topik lain yang pastinya bisa kalian pantengin begitu episode SSR perdana ini dirilis.

Selesai melakukan rekaman, perasaan yang memenuhi saya, tentunya, adalah puas. Dari awal, saya memang sangat terkesan dengan upaya Bumilangit untuk mendekatkan diri dengan para penggemarnya, bahkan menjadikan para penggemar sebagai bagian dari jagat Bumilangit itu sendiri.

Kesan itu pula yang saya dapatkan ketika bercakap-cakap dengan para tokoh di balik Bumilangit; mereka menyambut saya dan dua rekan KRB lainnya dengan sangat ramah.

Bahkan, mengobrol dengan mereka langsung terasa seperti teman sejawat, alih-alih kesan “raja” dan “rakyat” yang kerap terjadi di lingkungan-lingkungannya.

Dengan power distance sekecil itu—tentu dengan diimbangi oleh rasa saling menghormati dari KRB dan Bumilangit—obrolan yang kami lakukan benar-benar berlangsung lancar dan seru.

Singkat cerita, saya memiliki pengharapan yang cukup besar mengenai hubungan kerja sama antara Bumilangit dan rakyatnya di tahun-tahun mendatang.

Mengingat banyaknya karya yang akan dirilis, serta antusiasme Bumilangit sendiri untuk memanjakan penggemarnya dan terus meningkatkan kualitas karya mereka, saya yakin bahwa ekspektasi kita akan dipuaskan dengan baik.

Terakhir, jangan lupa tunggu tanggal rilis Siniar Suara Rakyat episode pertama! Saat ini kalian sudah bisa dengerin SSR episode perkenalan, dimana ada Aswin & Upi mencoba untuk menceritakan awal mula KRB ini terbentuk. Silahkan cari di Spotify atau buka artikelnya disini.

Bantu sebarkan ke Rakyat yang lain

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*